SmallBusiness

urun rembug soal bisnis, wirausaha, sedikit curhat and hepi-hepi

Sunday, November 26, 2006

Kopor Hitam

The Black Suitcase



Beberapa bulan terakhir ini aku udah ke mana-mana nyari kopor murah buat poelang kampoeng taon depan. Tapi ketemunya harga mahal melulu. Hiks..

Shikoku emang pulau yang ajaib, gak ada barang murah di sini. Telor aja mahal. Padahal telor khan termasuk barang paling murah di Jepang.. :)

Dulu, semasa di Osaka sih nyari barang murah guampange pool... Mau baru, mau bekas, tinggal pilih. Mau beli di toko loak yang ada di mana-mana atau beli di fleamarket (pasar murah) yang hampir tiap hari Minggu digelar di tempat-tempat terbuka, tinggal kita kemon aja..

Nah di sini, kopor bekas aja hampir seharga kopor baru. Tobaat..! Ya mending beli baru dong,..

Akhirnya, tibalah hari yang berbahagia..*halah..*

Sabtu, 25 Nopember 2006 lalu, pulang kerja langsung ke kompleks pertokoan di Aeon Town dengan diantar oleh salah seorang asisten Boss, yaitu Ninomiya San. Sampe di Megamart, sebuah toko perlengkapan rumah tangga yang lumayan besar, aku malah jadi bingung.
Mau beli yang biru, orange atau hitam? Abisnya semua keren sih.. Kalo aku beli semua, ntar dikira pengen dapet poligami award.. he..he.. (lho? apa hubungannya?).

Setelah sejenak mengheningkan cipta, akhirnya aku putuskan tanpa basa-basi lagi,.. BLACK !
Ya,.. aku pilih si black sweet, kopor gede dengan kapasitas 7,5 kg. Kambing aja masuk.. :D



Soal harga, jelas pilih yang paling murah. "Cuma" 7.780 Yen (hampir Rp 600 ribu). Merek Jerage made in China.

Omong-omong soal produk China, jangankan Indonesia, Jepang aja kewalahan mengatasi serbuan produk-produk China lho,.. Lha toko-toko 100 Yen di seluruh Jepang yang jumlahnya ribuan itu khan hampir 100% barang-barang dagangannya asli dari China.

Kembali soal kopor, berdasarkan pengalaman sih.. kopor yang aku bawa pulang ke Tanah Air paling cuma kepake sekali-dua kali aja, abis itu masuk museum. Jadi buat apa beli mahal-mahal.

Sampe di apartment, box-box penyimpanan barang aku obrak-abrik. Pilih barang apa yang musti masuk kopor, mana yang harus lewat paket, mana yang harus ditinggal. Kamar full brantakan kayak Pasar Johar yang ditinggal mudik petugas kebersihannya. Ngerii..

Setelah 2-3 jam, fiuuh.. akhirnya beres dah.. si Blackie udah siap ditenteng poelang kampoeng. Lega.

Sekarang acaranya ya tinggal menghitung hari aja. Let's count down, babe..!

From Shikoku With Love And Peace,

Masfiq


Baca Selengkapnya / Read More !

Sunday, November 19, 2006

Kapan Semarang Punya City Walk?

Semarang City Walk

Tulisan ini pernah dimuat di Loenpia.net beberapa saat lalu. Kayaknya bagus juga kalo aku muat lagi di sini. Aku lagi pengen jadi provokator nih, ..

Awalnya sih, iseng-iseng menduga-duga sekarang Semarang kayak apa ya? Soal-e udah hampir 3 taon gak liat Semarang, tentu banyak perubahan di kota-ku ini. Jadi aku cari info apa aja tentang Semarang. Hasilnya, justru bikin aku sedih.

Banyak yang menulis tentang banjir, rob, lalu-lintas semrawut, panas, dll. Wah.. bisa shock dong, ..Kalo di sini biasa nyaman, teratur, bersih terus ntar saat pulang ke Semarang liat lingkungan yang awut-awutan, mungkin aku bisa meriang alias panas-dingin..he..he..

Dari surfin' di internet, aku temuin banyak usulan dari para pengamat, arsitek maupun pakar tata kota untuk membuat kawasan city walk di Semarang, khususnya di sepanjang Jl. Pemuda, Jl. Pandanaran dan Jl. Pahlawan.

Ini jelas ide yang buagus banget. Meski realisasinya masih belum jelas karena tak ada tanggapan serius dari Pemkot Semarang, paling tidak sudah ada wacana yang digulirkan untuk menuai tanggapan dari masyarakat kota Semarang. Ini juga termasuk bagian penting dalam rangka menyusun kekuatan (opini publik) untuk mendesak Pemkot Semarang, agar mulai memikirkan tentang perlunya dibangun sebuah kawasan city walk di kota Semarang.

Read more ยป

Baca Selengkapnya / Read More !

Tuesday, November 14, 2006

Backpacking ke Kyoto-Osaka-Kobe

Backpacking

Sabtu 11 Nopember 2006 minggu lalu, aku minta ijin Boss untuk meliburkan diri. Lagi pengen jalan-jalan jauh. Istilah "gaya"-nya backpacking. Maksudnya sih jalan-jalan sambil nggendong ransel.. :)
Sekalian cari bahan buat posting di blog-ku ini.

Jum'at malem (gak pake Kliwon), pulang kerja langsung bikin persiapan tempur dengan kode sandi "nostalgia 2006"..*halah..*.
Abis makan malam, langsung meluncur ke Takamatsu dengan kereta ekspres. Namanya udah nekad..eh.. udah niat ding,.. aku jalan kaki dengan gagah berani dari stasiun Takamatsu ke pelabuhan Jumbo Ferry yang berjarak sekitar 4 km. Lumayan nggak keluar ongkos buat taxi sekalian diet gratis..
Angin musim gugur yang dingin tak mampu mencegahku untuk berkeringat..ngoss..ngoss.. ternyata capek, bro !

Soal-nya aku juga harus balapan dengan gerimis yang mulai turun rintik-rintik..tik..tik..



Aku naik kapal ferry jumbo "Ritsurin II" jurusan Sannomiya(Kobe) dengan tiket pp (ofuku) seharga 2.990 Yen (sekitar Rp 225 ribu) untuk perjalanan yang memakan waktu hampir 4 jam. Berangkat dari Takamatsu jam 00.30, sampe di Kobe jam 04.20 menjelang fajar tiba. Di kapal aku cuman tidur aja biar hemat energi, sementara di luar hujan turun cukup deras. Untung tadi nggak kehujanan..


Sampe di pelabuhan Sannomiya-Kobe, langsung menuju ke stasiun JR Sannomiya dengan foot bus. Yaah.. terpaksa bayar 200 Yen (kira-kira Rp 16 ribu) gara-gara hujan. Padahal kalo jalan kaki paling cuman 15 menit juga udah nyampe..
Perlu saudara ketahui..(wuiih nggaya rek,..) bahwa hampir semua sudut Sannomiya (pusatnya kota Kobe) udah saya ambah. Maksudnya udah dijelajahi gitu loh,..
Ya, beberapa tahun lalu aku memang sangat akrab dengan kota Kobe-Osaka-Kyoto. Saat itu aku tinggal di perbatasan Osaka. Jadi, kadang ke Kobe dalam seminggu bisa 2 kali. Selain jalan-jalan santai juga sekalian ketemu temen-temen di Masjid Kobe. Jadi, ini sekaligus buat ber-nostalgia..*halah..sok romantis*..



Stasiun JR Sannomiya masih sepi. Tapi aku nggak pake kereta JR koq, wong tujuanku ke Kawaramachi, pusat kota Kyoto. Aku pake kereta Hankyu, milik perusahaan kereta swasta Hankyu. Stasiun Hankyu kebetulan satu lokasi dengan stasiun JR.
Tapi stasiun Hankyu juga masih sepi, cuma ada satu-dua orang di dalam peron. Terpaksa nunggu sekitar setengah jam. Kereta jarak pendek khan baru beroperasi mulai jam 05.00 pagi.

Sasaran operasi pertama adalah shoutengai (kawasan pertokoan) di Kawaramachi. Berhubung masih terlalu pagi, shoutengai juga masih sepi. Belum ada toko yang buka. Sambil nunggu saat toko-toko buka, aku jalan-jalan ke balaikota Kyoto, ke jembatan Shijo, terus mampir di kuil Yasaka dan perkampungan tradisional Kyoto. Suasananya tidak banyak berubah. Masih seperti 6 tahun yang lalu. Mengenang tempo doeloe, aku pernah ngajak jalan-jalan 2 orang juniorku keliling Kyoto dari jam 07.00 sampe jam 19.00. 12 jam jalan kaki!
Hasilnya, mereka kapok kalo aku ajak jalan-jalan lagi..ha..ha..






Tujuanku ke Kyoto kali ini untuk beli omiyage (oleh-oleh) karena awal taon depan InsyaAllah aku poelang kampoeng ke Tanah Air. Bulan depan udah masuk musim dingin. Daripada ntar jalan-jalan sambil kedinginan, mending ke Kyoto sekarang aja.
Setelah beli omiyage berupa 2 set katana (pedang samurai) dan hiasan dinding, aku langsung menuju Osaka untuk makan siang di restoran langgananku dulu, yaitu Kitano Shokudo. Sayang, penuh. Terpaksa aku makan gyudon (nasi&tumis daging sapi) di kedai Matsuya, salah satu jaringan warteg-nya Jepang. Terus mampir di Crepe Ojisan, menyantap crepe yang lezat sebagai hidangan pencuci mulut bikinan PKL yang mangkal di sudut gedung HEPP Osaka. Nyem..nyem..

Waduh..hampir lupa, mumpung di Osaka kayaknya nggak sip kalo nggak mampir Hard Rock Cafe Osaka. Jadilah aku meluncur pake Osaka Loop Line train ke Universal City, lokasi Universal Studios of Japan di Osaka. Cuman, aku nggak mampir ke USJ karena waktu udah mepet. Abis beli T-Shirt Hard Rock Cafe Osaka, langsung balik ke stasiun JR Osaka.
Sempet mampir sebentar ke toko buku langgananku dulu, yaitu Kinokuniya di stasiun Hankyu Umeda-Osaka.


Sorenya aku langsung meluncur ke Sannomiya-Kobe untuk menemui kohai (junior) -ku di perusahaanku yang dulu, Aditya, yang sekarang nikah sama cewek Jepun. Kita ngobrol ngalor-ngidul-ngetan-ngulon sambil menyantap masakan khas Indonesia di Warung Bali milik Pak Made.
Warung Bali deket banget sama stasiun Hankyu Sannomiya. Beliau mengelola warung tersebut bersama istrinya yang orang Jepun juga dan seorang asisten cowok asli Jawa Timur.
Malam itu warung penuh pengunjung. Maklum, malem Minggu. Tamu non Jepang ya cuma aku sama Aditya aja.
Harga menu nggak bisa dibilang murah. Misal, bakso sapi seporsi 1.500 Yen (sekitar Rp 114.00,- ). Wow..!

Malemnya aku nginep di apartment kohai-ku yang laen di Tachibana, deket Osaka. Di sana ternyata kohai-kohai dari Mie-Ken juga udah ngumpul. Wah..rame.. Apalagi menu makan malamnya tongseng mercon (tongseng kambing full pedess..) ..uh..hah..
Bikin ngomong jadi ngaco gak karuan saking pedesnya.

Hari Minggu pagi ke Kobe lagi untuk nemuin Aditya dan istrinya yang ngajak makan siang di sebuah kedai steak Matsu Sue di Kitano-Kobe. Kedainya kecil, cuman bisa muat 7 orang tamu. Jadi pake sistem antre kayak mau nonton bioskop aja. S
oale kedai ini lumayan terkenal dan sering masuk di aneka tour guide book tentang lokasi wisata di wilayah Kobe.
Aku nyoba gyukatsu (daging sapi dibalut tepung terus digoreng sampe garing dan renyah). Uenaak tenaan..*lha iya wong dibayarin..hi..hi..*

Abis makan kita jalan-jalan di Kobe-Kitano Ijinkan, kawasan perumahan orang asing/bule tempo doeloe. Tapi cuma sebentar, soalnya aku harus segera ke terminal Jumbo Ferry.
Aditya dan istrinya nganter aku dengan jalan kaki sekitar 2 km sampe ke ruang tunggu Jumbo Ferry.
Karena ngobrol di sepanjang jalan dan city walk yang kita lalui emang nyaman, capeknya gak terasa.


Jam 15.30 kapal ferry Ritsurin II membawaku kembali ke Pulau Shikoku. Aku sempetin tidur sebentar di sofa ruang penumpang.
Jam 19.20 aku mendarat kembali di Takamatsu. Sampe apartment udah hampir jam 21.00. Yaah,.. kembali ke "dunia nyata". Besok masuk "kuliah" lagi deh..
Berhubung udah capek gak kira-kira, aku nggak bikin masakan buat makan malam. Cukup menyantap ayam goreng yang barusan aku beli di supermarket deket apartment. Praktis..
Abis makan, jelas masuk o-furo (bathtub) dong,.. Fiuuh.. berendam di air panas emang bikin pegel-pegelnya langsung bablass..

Begitulah perjalanan nostalgia yang melelahkan namun menyenangkan. Sebuah kenangan yang mungkin tak akan terlupakan. Perjalanan ke 3 kota ini sebagai ganti atas batalnya aku untuk melakukan pendakian ke-3 kalinya ke puncak gunung Fuji-San/Fujiyama di liburan musim panas bulan Agustus lalu.
Sebuah penggantian yang tak kalah manis.

From Shikoku with love and peace,

Masfiq


Baca Selengkapnya / Read More !

Tuesday, November 07, 2006

10 Steps to Entrepreneurship



1. START WITH A DREAM
Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan keyakinan akan produk yang akan kita tawarkan. A dream is where it all started. Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa, ataupun idea yang dapat dijual dengan sukses. Mereka tidak mengenal batas dan kerterikatan, tak mengenal kata 'tidak bisa' ataupun 'tidak mungkin'.

2. LOVE The Products or Services
Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan kepada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit. Setiap awal usaha selalu akan ada banyak halangan ataupun kesulitan yang bertubi tubi, kecintaan akan produk kita yang akan membuat kita bekerja keras dengan senang hati.
Enthusiastism and Persistence: Antusiasme dan keuletan sebagai pertanda cinta dan keyakinan kita akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha yang baru.


3. Learn The BASICS of BUSINESS.
Pelajarilah fundamental business. : BEYOND THE *buy low, sell high, pay late, collect early. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.Carilah -guru- yang baik.

4. Willing to Take CALCULATED RISKS.
Ambilah resiko. The gain that u will be able to achieve is directly proportional to the risk taken: Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia wirausaha, karena hasil yang mungkin dicapai akan proporsional terhadap resiko yang diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan entreprenneur dengan manager. Entrepreneur lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan untuk mengatur perusahaan yang telah maju.

5. Seek Advice, But Follow Your Belief.
Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata hati kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan "indera ke enam" nya.

6. Salesmanship and Customer Understanding.
Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci-sukses. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangakan usaha pada fase itu.

7. Work HARD, 7 Days a Week, 18 Hours a Day.
Kerja keras. Ethos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan businessnya. Me-lamun-kan dan memimpikan kerjanya.

8. Make Friends As Much As Possible.
Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit lebih mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.

9. Deal With FAILURES.
Hadapi kegagalan Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidaklah mematikan. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bilamana sampai itu terjadi, bersiaplah dan hadapilah!

10. Just Do It, NOW!
Lakukanlah sekarang juga. Bila Anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan: READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM!. Putuskan dan kerjakan sekarang, kerena besok bukanlah milik kita.

Sumber: purdiechandra.com

Photo : www.moneyrecipes.com

Baca Selengkapnya / Read More !

Thursday, November 02, 2006

Menyerbu Konpira San-Kotohira

Konpira San

Tik..tik..tik.. Gawat maan..! Gerimis nggak juga berhenti. Padahal udah jam 09.00, saatnya rencana penyerbuan harus dijalankan. Setelah nunggu dengan harap-harap cemas, akhirnya.. jling.. hujan brenti dengan sukses menjelang jam 10.00. Meski mentari tetep nggak mau nongol juga, Arigatou Kamisama (thanks God) !




Yap, kita punya rencana mau menyerbu tempat wisata di wilayah Kotohira, Kagawa-Ken yang berjudul Konpira San. Hari Minggu, 29 Oktober 2006. Anggota team elite cukup 3 ekor doang, yaitu aku, Wiyanto and Den Baguse Yuli.

Jam 10.00 thit, team bergerak menuju stasiun dengan ranpur (kendaraan tempur) yang bernama wind bike. Namanya keren ya? Nama lainnya, sepeda pancal.. ha..ha..
Sebagai penyamaran, kita pasang penampilan ala turis dengan senjata Sony handycam dan Canon ixy digital. Dilengkapi pula dengan sport drinks satu gendul (sebotol).
Sayang, penampilan Yuli sedikit melenceng dari dress code. Dia malah lebih mirip yakuza daripada turis.. hiks..

Tepat jam 10.45, densha (kreta listrik) berangkat menuju Kotohira. Sampe di target area kita langsung turun dari kereta. Maka dimulailah aksi shoot sana-sini, jepret sana-sini. Serbuu..!


Konpira San dahulunya sebelum masa restorasi Meiji adalah sebuah kompleks kuil Buddha. Tetapi pada masa restorasi Meiji kemudian berubah menjadi kuil Shinto. Kini menjadi daerah tujuan wisata ziarah paling terkenal di Pulau Shikoku yang dikunjungi oleh ratusan hingga ribuan orang per-hari.
Karena letaknya yang di perbukitan, maka untuk mencapai kompleks tersebut hingga kuil teratas kita harus mendaki anak tangga yang jumlah seluruhnya mencapai 1.368 anak tangga. Nggak percaya? Itung aja sendiri.. Pokoknya sampe atas ditanggung krenggosan abiss..



Dari areal parkir di bagian bawah hingga main gate (Daimon), kita dihibur dengan adanya toko-toko cinderamata yang berderet di kanan-kiri jalan hingga lupa dengan rasa capek akibat mendaki anak tangga yang cukup curam. Sampai di Asahi-sha (kuil Asahi) yang merupakan kuil terbesar di Konpira San kita istirohat sambil potrek sana potrek sini.





Abis itu jalan lagi sampai anak tangga ke-785 yang merupakan lokasi Hon-guu (kuil utama). Dengan pelataran yang luas, cocok buat tempat istirohat lagi deh.. Apalagi dari situ bisa lihat kota Kotohira di bawah. Malah ada teropongnya lagi..Siip..! Dengan teropong itu kita juga bisa lihat tahi lalat di pipi masinis kereta listrik..*halah..bo'ong ding..*.. he..he..


Setelah istirohat cukup lama, hiking dilanjutkan menyusuri jalan setapak yang terus menanjak, menembus hutan. Jangan khawatir kehausan, disediain tempat khusus untuk minum koq. Berupa bak tandon air minum yang dilengkapi gayung dari kayu untuk mengambil air minum tersebut. Berjalan kaki di bawah kerimbunan pohon-pohon besar rasanya teduh, tenteram, pokok-e asyik gitu loh..



Setelah mendaki dengan penuh perjuangan dan do'a *halah..* sampe juga kita di penghujung acara (kayak siaran tipi aja), yaitu Izutama Jinja atau Oku-sha yang merupakan kuil paling atas, pol, mentok di kompleks Konpira San. Tepatnya 583 anak tangga dari Hon-guu (kuil utama).
Di sini kita istirohat lagi. Eh..perasaan dari tadi koq istirohat melulu ya,.. Yo ben ah..
Lokasi Izutama Jinja dibilang mentok ya emang iya, soalnya udah gak ada jalan terus lagi. Jadi ya harus balik kanan maju jalan, gitu..


Setelah penyerbuan yang sukses di Konpira San, baru terasa perut keroncongan campursari alias lapeer berat. Akhirnya kita mendarat di sebuah warung Udon (mie Udon). Asal tahu aja, Kagawa-Ken terkenal dengan Sanuki Udon-nya yang uenak tenaan..


Setelah perut kenyang, balik lagi ke stasiun dan selanjutnya tancep gas, pulang kampoeng..
Sampe apartment jelas-kudu-harus-mesti masuk O-furo (berendam air panas di bathtub). Biar capek cepet ilang, biar besok bisa brangkat kerja dengan seger..

Oyasumi..


Baca Selengkapnya / Read More !

Kanji Learning

Bookmark and Share

 

Matur Tengkyu (Terima Kasih) Atas Kunjungan Anda