SmallBusiness

urun rembug soal bisnis, wirausaha, sedikit curhat and hepi-hepi

Sunday, November 19, 2006

Kapan Semarang Punya City Walk?

Semarang City Walk

Tulisan ini pernah dimuat di Loenpia.net beberapa saat lalu. Kayaknya bagus juga kalo aku muat lagi di sini. Aku lagi pengen jadi provokator nih, ..

Awalnya sih, iseng-iseng menduga-duga sekarang Semarang kayak apa ya? Soal-e udah hampir 3 taon gak liat Semarang, tentu banyak perubahan di kota-ku ini. Jadi aku cari info apa aja tentang Semarang. Hasilnya, justru bikin aku sedih.

Banyak yang menulis tentang banjir, rob, lalu-lintas semrawut, panas, dll. Wah.. bisa shock dong, ..Kalo di sini biasa nyaman, teratur, bersih terus ntar saat pulang ke Semarang liat lingkungan yang awut-awutan, mungkin aku bisa meriang alias panas-dingin..he..he..

Dari surfin' di internet, aku temuin banyak usulan dari para pengamat, arsitek maupun pakar tata kota untuk membuat kawasan city walk di Semarang, khususnya di sepanjang Jl. Pemuda, Jl. Pandanaran dan Jl. Pahlawan.

Ini jelas ide yang buagus banget. Meski realisasinya masih belum jelas karena tak ada tanggapan serius dari Pemkot Semarang, paling tidak sudah ada wacana yang digulirkan untuk menuai tanggapan dari masyarakat kota Semarang. Ini juga termasuk bagian penting dalam rangka menyusun kekuatan (opini publik) untuk mendesak Pemkot Semarang, agar mulai memikirkan tentang perlunya dibangun sebuah kawasan city walk di kota Semarang.

Mau pro atau kontra, silaken aja. Mau baku debat, ya monggo. Yang penting jangan baku hantam, baku maki dan baku-baku sejenisnya. nDemokratis lah..

Bagi yang pro rencana tersebut, enaknya gimana? Maksudnya, bentuk city walk yang kayak apa yang sebaiknya dibangun oleh Pemkot Semarang?

Kalo menurutku, ada 2 pilihan. Yaitu, city walk yang bebas PKL dan city walk yang memperbolehkan PKL dengan jenis dagangan tertentu untuk berjualan di situ.

Jika PKL boleh berdagang di atas trotoar di kawasan city walk, harus pake gerobak terbuka yang seragam dengan desain yang menarik dan memasang nomor gerobak yang terlihat jelas. Adapun jenis dagangan yang sebaiknya diperbolehkan antara lain aksesoris fashion, koran&majalah, soft drinks, barang kerajinan, produk-produk khas Semarang dan makanan jadi (kue, roti atau jajan pasar).

Bagi yang menjual rokok, atau aneka gorengan seperti pisang goreng dll tidak diperbolehkan berada di trotoar yang menjadi bagian dari city walk. Mereka bisa berjualan di belakang batas trotoar dengan menyewa lahan atau bangunan pada pemilik lahan atau bangunan di situ.

Meski PKL boleh berjualan di atas trotoar tersebut, tetap harus memperhatikan fungsi utama trotoar, yaitu sebagai tempat bagi pejalan kaki. Jadi, untuk trotoar yang sempit tetap harus bebas dari PKL. PKL juga wajib menjaga kebersihan dan keindahan di lokasi mereka berjualan. Jika keberadaan PKL bisa tertata dan teratur dengan baik, maka keberadaan PKL ini bisa menjadi suatu atraksi menarik dari sebuah kawasan city walk.

Trotoar di kawasan city walk juga wajib dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh, bukan pot-pot besar seperti yang ada di beberapa trotoar di Semarang yang justru mengganggu kenyamanan para pejalan kaki. Pohon peneduh tidak hanya berfungsi untuk meneduhi pejalan kaki dari sengatan matahari, juga untuk mengurangi polusi, menurunkan suhu udara setempat, menyuplai oksigen dan memberi kesan asri di kawasan itu.



Kekurang pedulian Pemkot Semarang untuk menata kawasan kota khususnya tentang perlunya area untuk memanjakan pejalan kaki, memang patut disayangkan. Karena keberadaan city walk di suatu kota selain akan memberi citra sebuah kota yang berperikemanusiaan juga mampu untuk meningkatkan pendapatan kota tersebut. Mengingat para pejabat Pemkot termasuk Pak Walikota dan anggota DPRD Semarang banyak yang sudah pernah ke luar negeri, mustahil kalo nggak paham tentang hal ini. Tengok saja negara-negara di Eropa termasuk Eropa Timur, Amerika, Singapore dan Jepang. Pemerintah kota di negara-negara tersebut sangat memperhatikan kenyamanan para pejalan kaki.

Trotoar-trotoar di kawasan city walk di Jepang misalnya, umumnya menggunakan keramik anti slip yang ditata dengan cantik, dilengkapi keramik/plat beton khusus yang sangat berguna bagi para tunanetra. Ujung trotoar yang landai, nyaman untuk dilalui sepeda, kursi roda atau mobil mini elektrik yang biasa dipake para lansia. Sekedar tahu aja, trotoar di Jepang juga dilalui sepeda. Cukup aman bagi pejalan kaki, karena penunggang sepeda di Jepang hampir tidak ada yang nyak-nyak'an atau ngebut.

Trotoar di kawasan city walk pun sering juga dilengkapi dengan bangku untuk istirohat para pejalan kaki. Malah ada pula yang dilengkapi dengan kran air minum. Lumayaan.. kalo haus nggak usah beli minuman. Ngirit..ngiriit..

Ada juga trotoar yang memanjakan para pejalan kaki dengan alunan musik yang dilantunkan melalui pengeras suara yang menempel pada tiang listrik/telepon.

Nah, dengan adanya tekad Pemkot Semarang untuk menjadikan Kota Semarang sebagai Kota Dagang dan Jasa, tentu aneh kalo hal beginian malah nggak diperhatikan. Untuk membangun image sebuah Kota Dagang dan Jasa, tidak hanya dibutuhkan keramahan warga kota, keramahan aparat birokrasi dan keramahan aparat penegak hukumnya saja, tetapi juga keramahan kota secara fisik yang ditunjukkan antara lain dengan tersedianya kawasan city walk, taman kota maupun hutan kota.

Coba bayangin, apa nggak enak kalo Minggu pagi kumpul sama temen-temen atau keluarga di sebuah hutan kota Semarang yang asri meski tak segede Central Park-nya Amrik sono atawa Banpaku Kin En Koen-Osaka maupun Ueno Koen-Tokyo. Terus makan-makan bersama alias piknik murah meriah atau sekedar joging, abis itu jalan-jalan santai di kawasan city walk sambil potret-potretan juga potret beneran, terus nggak lupa window shopping juga shopping beneran beli cinderamata di gerobak PKL yang dihias cantik,.. wuiih.. mengkhayal. Boleh khan ?

Demikian "jeritan hati" diriku selaku warga Kota Semarang yang jauh di seberang lautan.. *halah..* yang mendukung usulan tentang Semarang City Walk. Semoga semua warga Semarang ikutan mendukung. Apa perlu pake demo biar didenger Pak Walikota?

From Shikoku With Love And Peace,

Masfiq

3 Comments:

  • At 11:56 AM , Anonymous Anonymous said...

    Wehhh!! enak ya mas taufik di negeri jefun sana.. saya kebetulan di serang. katanya akan ada agenda untuk membuat city walk ini. kira-kira menurut Mas, dampak positif dan negatifnya apa ya mas.. saya mohon jawabannya..

    Thank
    Aji

     
  • At 6:18 PM , Anonymous Anonymous said...

    sebetulnya kalo main ke www.skyscrapercity.com, thread kota Semarang, kalo di foto Semarang sungguh sangat menarik, dibanding kota-kota lain. Banyak yang memuji seperti itu forummer dari kota-kota lain.
    Tapi memang perlu kerja keras untuk mewujudkan Semarang yang nyaman, minimal seperti Jogja sekarang...
    Main-main lah mas ke Skyscrapercity.com, banyak foto yang bakal bikin njenengan nangis njengking-njengkin jalaran kangen karo kutane njenengan...

     
  • At 11:48 AM , Blogger M. Taufiq Aryanto said...

    aji: dampak positip banyak. paling tidak, pejalan kaki akan merasa dimanusiakan.
    dampak negatip: banyak kepala benjol akibat tawuran antara satpol PP sama pedagang kaki-5 yang selama ini menguasai trotoar.... :(

    titus: tengkyu info-nya

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

Kanji Learning

Bookmark and Share

 

Matur Tengkyu (Terima Kasih) Atas Kunjungan Anda