Apa Salahnya Jadi Seorang "Bakul" ?
Aku nggak ngerti siapa dulu yang memulai.
Tapi hampir semua orang di negeri ini pengen banget jadi pegawai negeri sipil (PNS), pulisi atau tentara.
Seolah-olah PNS menempati posisi top dalam status sosial masyarakat kita.
Lha gimana kalo gak bisa jadi PNS ?
Sak sial-sialnya, jadi pegawai swasta ya gak apa-apalah...
Sedikit sekali yang mau jadi "bakul" atau pedagang kecuali kepepet.
Apakah menyandang predikat bakul adalah sesuatu yang sedemikian rendah dan memalukan?
Padahal kalo dipikir-pikir, setinggi apapun jabatan seorang PNS tetaplah golongan "tangan di bawah" karena mereka menerima gaji dan tunduk terhadap pimpinan.
Mereka bukanlah golongan orang yang merdeka. Namanya juga "pelayan/abdi masyarakat".
Makanya aneh kalo ada PNS yang justru minta dilayani seperti Lurah, Camat, Kepala ini, Kepala itu, Kepala ita-itu, dll......
Lebih aneh lagi banyak PNS hidup mewah kayak selebritis, di luar kewajaran. Padahal penghasilannya jika dihitung secara bodon , pake sempoa atau bahkan pake komputer sekalipun gak bakalan nyambung dengan
Ya emang nggak semua kayak gitu sih,…
Biarpun sekedar jadi penjual mie ayam di kampung-kampung, dia tetaplah seorang “bos”, yang berarti dia berpeluang besar untuk masuk ke dalam golongan “tangan di atas”. Artinya, dia adalah seorang yang merdeka.
Yang penting tentu saja jadi bakul yang jujur, tidak menghalalkan segala macam cara untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.
Lantas kenapa takut untuk jadi bakul ?
2 Comments:
At 11:24 PM , M. Taufiq Aryanto said...
Yang mau pulang dari Nihon pengen jadi "bakul"?
At 6:45 AM , Anonymous said...
angkat tangan......
*setujuh mas* kekekekekekekek
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home