SmallBusiness

urun rembug soal bisnis, wirausaha, sedikit curhat and hepi-hepi

Sunday, July 30, 2006

Semangat Wirausaha Seorang Manusia Bebas


Semua Ingin Jadi Pegawai

Sejak dulu kayaknya sih kalo ada anak kecil ditanya, "Ntar kalo sudah gede mau jadi apa?" pasti jawabannya sekitar, "Saya mau jadi dokter" atau "Saya mau jadi polisi" dan sejenisnya.
Koq nggak ada yang menjawab, "Saya mau jadi pengusaha" atau "Saya mau jadi pemilik supermarket" atau sejenisnya.
Mungkin karena kalimat "wirausaha" atau "pengusaha" jarang mereka dengar di rumah atau di sekolah apalagi di lingkungan mereka bermain.
Bahkan sampai mereka beranjak besar, selama bersekolah atau kuliah, sangat sedikit yang mendapat bimbingan atau informasi yang cukup tentang kewirausahaan.
Umumnya mereka diarahkan untuk menjadi pegawai, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta.
Itu sebabnya, setiap ada pendaftaran calon pegawai negeri sipil, TNI atau Polri selalu dipenuhi para pelamar hingga berdesakan. Kondisi serupa juga terjadi saat ada bursa tenaga kerja, baik yang diselengggarakan oleh pemerintah (Depnaker) maupun lembaga-lembaga swasta.

Ketidakadilan

Memang secara umum, kita cenderung mencari "aman"-nya aja-lah.. Menjadi pegawai, secara finansial jelas relatif lebih aman. Karena tiap bulan pasti terima duit.
Tetapi karena sifatnya yang "time based" (gaji dihitung berdasarkan waktu; harian,mingguan,bulanan) maka terjadi ketidakadilan. Baik bagi si pegawai, perusahaan, maupun negara.
Bagi pegawai swasta yang punya dedikasi dan loyalitas tinggi jelas rugi, karena gajinya sama dengan teman dia yang bekerja dengan setengah hati. Ini khan nggak adil.
Karena kerja keras dan kerja santai tetap terima gaji yang sama, mending kerja santai aja.. Jadinya,nggak adil buat perusahaan.
Sedangkan pegawai di instansi pemerintah lebih parah, maan... Datangnya udah telat, baru tengah hari udah kabur entah kemana. Ada yang shopping di mall (yang beginian sering kena razia Satpol PP), nongkrong di warung, atau pulang ke rumah. Kalo ketahuan atasan paling ditegur dan nggak bakalan mungkin dipecat.
Yang masih bertahan di kantor ada yang asyik main catur, baca koran atau berselancar di internet menjelajahi situs-situs "ehm..".
Bukan karena sudah nggak ada kerjaan, tetapi rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan memang kurang. Lha wong mau rajin mau enggak toh gajinya ya tetap segitu aja,.. Ya mending , "Santai aja Bleeh,.....". :-)
Kalo sudah begini jelas nggak adil buat negara (rakyat) yang sudah menggaji mereka.
Beda dengan seorang wirausahawan. Nggak kerja keras ya nggak dapat duit. Makin kerja keras ya makin banyak dapat duit. Istilahnya "Content Based", meminjam istilahnya toekang internet.

Tulang Pungggung Ekonomi Nasional

Dan dimana-mana yang namanya wirausahawan punya kontribusi gede buat negara secara ekonomi. Istilahnya, wirausahawan adalah tulang punggung perekonomian nasional.
Itu sebabnya saya nggak heran kalo Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Tengah bermaksud untuk mencetak 1.000 wirausahawan tiap tahun untuk mempercepat dan memperkuat perekonomian Jawa Tengah.
Jadi jangan meremehkan tukang bakso, pedagang asongan, dll. Mereka adalah "entrepreneur" (wirausahawan) yang memiliki "spirit of entrepreneurship" (semangat wirausaha) , manusia bebas yang sudah menjadi Boss, setidaknya bagi diri sendiri. Bukan seorang pegawai manapun.
Kenapa kita nggak ingin seperti mereka, menjadi manusia bebas?

Salam sukses-sesukses-suksesnya,

M.Taufiq Aryanto

Baca Selengkapnya / Read More !

Sunday, July 23, 2006

Berani Mencoba


Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tak akan pernah ada.

Orang bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan dalam karir atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian untuk mencoba.

Seorang entrepreneur -dalam situasi sesulit apapun- akan semakin tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain "berani mencoba" dan orang yang selalu berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau kesuksesan.

Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti akan diterpa "angin". Dan ternyata, terpaan "angin" tersebut justru dapat membakar semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.

Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus-menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang "berani mencoba" itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputusasaan. Apalagi sampai menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.

Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita buang jauh-jauh.

Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa.

Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap berani mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya, yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi. Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi.

Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.

Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satupun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat menggantikan keberanian mencoba. Dengan bakat bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijasah sarjana. Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang menentukan kesuksesan bisnis kita.

Artikel dari : http://www.purdiechandra.com

Baca Selengkapnya / Read More !

Sunday, July 16, 2006

10 Kesalahpahaman Tentang Sukses

Kesalahpahaman 1

Beberapa orang tidak bisa sukses karena latar belakang, pendidikan, dan lain-lain.

Padahal, setiap orang dapat meraih keberhasilan. Ini hanya bagaimana mereka menginginkannya, kemudian melakukan sesuatu untuk mencapainya.

Kesalahpahaman 2

Orang-orang yang sukses tidak melakukan kesalahan.

Padahal, orang-orang sukses itu justru melakukan kesalahan sebagaimana kita semua pernah lakukan. Namun, mereka tidak melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya.

Kesalahpahaman 3

Agar sukses, kita harus bekerja lebih dari 60 jam (70,80,90,..) seminggu.

Padahal, persoalannya bukan terletak pada lamanya Anda bekerja, tetapi bagaimana Anda dapat melakukan sesuatu yang benar.

Kesalahpahaman 4

Anda hanya bisa sukses bila bermain sesuatu dengan aturan.

Padahal, siapakah yang membuat aturan itu? Setiap situasi membutuhkan cara yang berbeda. Kadang-kadang kita memang harus mengikuti aturan, tetapi di saat lain Andalah yang membuat aturan itu.

Kesalahpahaman 5

Jika Anda selalu meminta bantuan, Anda tidak sukses.

Padahal, sukses jarang sekali terjadi di saat-saat vakum. Justru, dengan mengakui dan menghargai bantuan orang lain dapat membantu keberhasilan Anda. Dan, sesungguhnya ada banyak sekali orang semacam itu.

Kesalahpahaman 6

Diperlakukan banyak keberuntungan untuk sukses.

Padahal, hanya dibutuhkan sedikit keberuntungan. Namun, diperlukan banyak kerja keras, kecerdasan, pengetahuan, dan penerapan.

Kesalahpahaman 7

Sukses adalah bila Anda mendapatkan banyak uang.

Padahal, uang hanya satu saja dari begitu banyak keuntungan yang diberikan oleh kesuksesan. Uang pun bukan jaminan kesuksesan Anda.

Kesalahpahaman 8

Sukses adalah bila semua orang mengakuinya.

Padahal, Anda mungkin dapat meraih lebih banyak orang dan pengakuan dari orang lain atas apa yang Anda lakukan. Tetapi, meskipun hanya Anda sendiri yang mengetahuinya, Anda tetaplah sukses.

Kesalahpahaman 9

Sukses adalah tujuan.

Padahal, sukses lebih dari sekedar Anda bisa meraih tujuan dan goal Anda. Katakan bahwa Anda menginginkan keberhasilan, maka ajukan pertanyaan "atas hal apa?"

Kesalahpahaman 10

Saya sukses bila kesulitan saya berakhir.

Padahal, Anda mungkin sukses, tapi Anda bukan Tuhan. Anda tetap harus melalui jalan yang naik turun sebagaimana Anda alami di masa-masa lalu. Nikmati saja apa yang telah Anda raih dan hidup setiap hari sebagaimana adanya.

Artikel dari : http://www.purdiechandra.com

(diadaptasi dari "The Top 10 Misconceptions About Success", Jim M.Allen. CoachJim.com)

Baca Selengkapnya / Read More !

Sunday, July 09, 2006

Peluang Bisnis Online

Promosi Bisnis Online

Secara umum, bisnis online di Indonesia memang belum memasyarakat.
Kendalanya banyak sekali. Di antaranya, biaya akses internet di Indonesia yang relatif masih mahal, bahkan jika dibandingkan dengan beberapa negara maju sekalipun.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat tentang internet dan manfaatnya, juga adanya kendala bahasa turut menjadi sebab kurang populernya bisnis online dalam masyarakat kita. Karena untuk menjadi seorang internet marketer, sedikitnya harus mengerti bahasa Inggris meski tidak harus mahir.
Dan sejauh ini jarang kita dapatkan promosi atau ajakan untuk menjalankan bisnis online yang dilakukan secara off-line.

Jadi kalau disisir terus, makin banyak kita temukan kendala yang menyebabkan bisnis online belum begitu populer di Indonesia. Bisa-bisa malah kita sendiri jadi ikutan pesimis dan urung untuk terjun dalam bisnis online.
Padahal, jumlah pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 20 juta orang dan terus mengalami peningkatan secara pesat.

Jumlah Pengguna Internet

Menurut Internet World Stats pada 31 Desember 2005, jumlah pengguna internet di dunia sudah lebih dari 1 milyar orang, atau 15,7% dari jumlah penduduk sedunia. Jadi pada periode tahun 2000-2005 telah mengalami peningkatan sebesar 182%.
Dari jumlah tersebut, terbanyak di Asia yang mencapai 364.270.713 orang.
Jika kita melihat dari data tersebut, maka jelas bahwa peluang untuk menjalankan bisnis lewat internet masih terbuka sangat lebar.



Ingat, internet bersifat global. Jadi pembeli produk barang atau jasa yang kita tawarkan di internet bukan hanya orang Indonesia, tapi bisa jadi orang dari Eropa, Amerika, Afrika atau lainnya.
Berbeda kalau kita buka toko di rumah secara konvensional, pembelinya mungkin hanya tetangga sendiri atau orang yang kebetulan lewat di depan toko kita.
Jika kita buka "toko online" atau menjalankan bisnis online lainnya dari rumah, pasar kita luar biasa besar dan tak terbatas.
Jadi,kenapa kita tidak manfaatkan saja peluang emas ini?

Asian Brain-Internet Marketing Center

Jika sudah ada minat tapi belum paham tentang bisnis online/internet marketing, kita bisa belajar terlebih dahulu. Misalnya, belajar secara online di Asian Brain-Internet Marketing Center, sebuah pusat bimbingan belajar internet marketing dengan fasilitas dan pelayanan yang terpadu, dan sejauh ini masih yang terbaik di Indonesia.
Memang benar jika dikatakan bahwa sukses sebuah karir di bidang bisnis online/internet marketing diawali dengan pendidikan tentang internet marketing.

Dengan peluang bisnis seperti ini, sayang kalau kita hanya lewatkan saja sebagai penonton di pinggir lapangan. Kenapa kita tidak masuk duluan sebagai pemain, jadi saat orang lain nanti ikutan jadi pemain khan kita sudah mahir seperti "Zidane" yang toekang bola itu... :-)

Salam sukses-sesukses-suksesnya,

M.Taufiq Aryanto

Baca Selengkapnya / Read More !

Tuesday, July 04, 2006

Refreshing







Mengunjungi Universal Studios of Japan, Osaka
saat liburan Golden Week (Mei 2006)

Baca Selengkapnya / Read More !

Refreshing



It's a real yellow cab, babe...

Baca Selengkapnya / Read More !

Sunday, July 02, 2006

Mimpi Jadi Entrepreneur

Jika kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud.

Banyak di antara kita yang ingin bekerja pada perusahaan orang lain sebagai karyawan. Apakah itu karyawan perusahaan swasta maupun pegawai negeri. Saya kira alasannya kita tentu sudah tahu semua, yaitu sebagai karyawan yang dibutuhkan adalah keamanan. Setiap bulan ada kepastian terima gaji. Setelah tua dapat pensiun.

Mengapa tidak tertarik untuk menjadi entrepreneur? Saya kira, hal itu karena di antara kita banyak yang tidak siap menghadapi risiko atau lebih tepat disebut suka menjauh dari resiko. Sehingga tidak mengherankan, banyak di antara kita yang kemudian takut untuk menjadi entrepreneur.

Karena inginnya aman-aman saja, saya kira itu sebabnya mengapa yang sudah jadi karyawan pun sulit untuk berubah menjadi entrepreneur. Oleh karena itu, saya mengajak bagaimana kalau kita menjadi entrepreneur. Menurut saya, jika kita punya tekad besar tak mustahil hal itu akan terwujud. Saya yakin, kita akan lebih bangga, karena kita akhirnya punya banyak karyawan dan bisa menggaji mereka, cobalah kita jalani.

Pemikiran saya ini memang beda dengan saat kita sekolah dulu. Dimana setelah kita lulus nanti, mencari kerja, lalu bekerja keras dan terus mendapatkan uang. Setelah uang itu kita raih, uang itu kita tabung. Jadinya, kita tidak pernah belajar bagaimana untuk berani mengambil resiko. Kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani membuka usaha. Tapi sebaliknya, kita justru lebih diajarkan bagaimana kita bisa mencari pekerjaan pada perusahaan orang lain atau istilah lain, menggantungkan nasib kita pada orang lain. Akhirnya apa yang terjadi kalau dia terkena PHK? Akibatnya, mereka pun menganggur.

Saya justru berpendapat, bahwa sistem pendidikan kita semestinya tidak seperti itu. Tapi sebaiknya, sistem pendidikan kita seharusnya mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri. Oleh karena itulah, menurut saya di era otonomi sekarang ini tak ada salahnya kita mau membangun mental dan emosi kita. Kita harus pula selalu punya keberanian mengambil resiko. Kita tidak seharusnya takut membuat kesalahan, dan kita tidak seharusnya takut untuk gagal. Saya yakin, dengan begitu kita akan lebih punya keberanian membuka usaha.

Bahkan menurut Robert Kiyosaki, penulis best seller "Rich Dad Poor Dad", agar kita bisa menjadi pengusaha, maka kita harus punya mimpi. Kita harus punya tekad besar, kemauan untuk belajar, dan punya kemampuan menggunakan dengan benar aset kita yang tak lain merupakan pemberian Tuhan.

Itu sebabnya, mengapa banyak orang di sekitar kita yang tidak tertarik untuk memiliki bisnis sendiri. Jawabannya, dapat disimpulkan dalam satu kata: Resiko. Yah, takut menghadapi resiko. Sehingga mental dan emosi kita hanya ingin aman-aman saja.

Oleh karena itu, kenapa kita tidak mau mencoba menjadi pengusaha. Kalau kita punya mimpi dan tekad besar, saya berkeyakinan kita bisa menjadi entrepreneur. Apalagi, kalau kita mau merubah mental dan emosi kita yang selama ini inginnya selalu menjadi karyawan. Mental dan emosi untuk selalu aman menerima gaji, seharusnya kita ubah menjadi mental dan emosi untuk bisa memberi gaji. Anda berani mencoba?

Artikel dari : http://www.purdiechandra.com

Baca Selengkapnya / Read More !

Kanji Learning

Bookmark and Share

 

Matur Tengkyu (Terima Kasih) Atas Kunjungan Anda